Anak SMP Genit

Post oleh : Unknown | Rilis : 21.57 | Series :


Kisah ini terjadi saat aku masih duduk di kelas SMP. Di kelasku ada cewek namanya Susi, anak ini memang terkenal genit. Padahal sebenarnya orangnya biasa-biasa aja, gak terlalu istimewa tapi karena sifatnya yang ramah dan gampangan itu yang membuat dia banyak dikerubutin teman-temen cowok termasuk aku. Diantara sekian banyak cowok ada satu yang paling getol dekat-dekat ma Susi, namanya Rudi. Setiap kali aku melihat Rudi mendekati Susi maka tangannya gak jauh-jauh dari meraba pantat atau toked Susi.



Pernah suatu ketika saat pelajaran Kesenian, Susi yang duduk sendirian karena teman satu mejanya tidak datang pindah tempat duduk ke tempat Rudi yang memang duduk sendirian dibarisan paling belakang sudut, bersebelahan dengan mejaku.



Mulanya aku gak terlalu pedulian, paling juga si Rudi ngucek-ngucek payudaranya si Susi. Tapi saat aku ngelirik, aku kaget setengah mati. Kontol si Rudi udah keluar dari celananya dan sedang dikocok-kocok sama Susi! Rudi menyeringai bangga melihat ke arahku. Sementara Susi hanya tersenyum-senyum genit aja melihat aku yang terpelongo.



Sambil menikmati kocokan Susi tangan kiri Rudi asik meremas-remas payudara kanan Susi, untuk menutupi pandangan guru dari depan Rudi sengaja menaruh buku bacaan kesenian di depan Susi dengan cara di dirikan jadi seolah-olah mereka berdua sedang membaca buku itu.



Beberapa menit kemudian kulihat peju Rudi menyembur keluar, Susi kemudian mengelap tangannya yang belepotan peju Rudi ke celana Rudi. Meilhat itu aku juga jadi kepingin. Aku segera memberi kode sama Rudi untuk gantian, kamipun berganti posisi.



“Si, aku juga donk…” pintaku setelah duduk di sampingnya, 
“Paan?” tanyanya pura-pura gak tau.
“Kocokin kontol aku” ujarku, Susi mencibir kearahku.
“Gak mau” tolaknya. Bangsatnya ni pikirku, gak tau orang dah konak juga. Sementara di meja sebelahku, si Rudi cekikikan melihatku, teman semejaku juga ngintip-ngintip sambil tersenyum-senyum mupeng. Pasti mintak bagian juga tuh.



Karena udah gak tahan menahan birahi, sambil melihat kedepan pelan-pelan aku menurunkan resleting celanaku, tapi susah juga ngeluarin si kontol yang udah jegang dari tadi dalam posisi duduk gini. Ku longgarkan sedikit ikat pinggangku dan ku lepaskan kait kancing celanaku baru kurogoh kontolku mengeluarkannya, begitu kontolku keluar dari celana langsung keraih tangan kanan Susi, ku arahkan ke batang kontolku.



“Kocokan cepat…” bisikku, tangan Susi yang lembut dan halus kemudian memegang batang kontolku dan mulai mengocok-ocoknya membuat aku tertunduk keenakan. 

“Enak ya…?” bisik Susi, “anjeng, enak kali” balasku berbisik. Berkali-kali aku mengeluarkan nafas keras saat kulit tangan Susi yang lembut menggesek-gesek kepala kontolku.



Sesekali aq melirik ke arah Rudi dan temanku yang tertawa-tawa kecil melihat aku lagi dikocokin ma Susi, teman semejaku berkali-kali memberi kode mintak giliran yang dibalas dengan Susi leletan lidahnya. Asli mupeng dia, terlebih lagi saat aku dengan sengaja meremas-remas payudara Susi sambil melirik mengejek ke temanku itu. Beberapa menit kemudian pejuku akhirnya muncrat keluar disertai rasa nikmat tiada tara, sebisa mungkin aku menahan untuk tidak mengerang. Kututupi wajahku dengan kedua tanganku menahankan rasa nikmat di kontolku.

Susi mengangkat tangannya menunjukkan jari-jari tangannya yang belepotan pejuku, wajahnya menunjukkan ekspresi jijik. Kemudian seperti tadi dia mengelapkan tangannya ke celanaku. Karena merasa masih ada bau-bau  pejunya, Susi permisi ke wc. Gak lama teman sebangkuku ikut permisi keluar. Aku kembali pindah ke mejaku sementara Rudi duduk di bangku sebelahku.

"Tapi ko lama kali ya…??? Jangan - jangan mereka maen di wc” terka Rudi. Aku manggut-mangut mengiyakan. Sampai bergantian jam pelajaran (kira-kira 15 menit lebih) baru mereka kembali, aku lihat teman aku itu tersenyum bahagia. Sementara Susi kembali ke bangkunya, bukan di tempat Rudi lagi.

Langsung kucecar teman ku dengan pertanyaan-pertanyaan, ngapain aja kalian? Temanku cerita begitu dikamar mandi, dia langsung meluk Susi. Sambil berciuman temanku meremas-remas payudara Susi lalu dia meminta Susi untuk menghisap kontolnya, Susi OK-OK aja menghisap kontol temanku itu, lagi pula biasanya kamar mandi pas jam pelajaran masih berlangsung memang tergolong sepi kuadrat. Eh pas lagi asik-asikan begitu tiba-tiba masuk cowok dari kelas sebelah, udah bisa ketebak cowok itupun mintak bagian. Terpaksa Susi ngelayani dua kontol sekaligus. Sepikan bukan berarti gak ada yang datang, beberapa menit kemudian datang dua orang cowok, anak kelas 2. melihat Susi yang lagi jongkok sambil ngisapin kontol kami, mereka pun dengan sabar ngantri mintak disepong juga.

Setelah semua ngecrot baru Susi dan teman aku itu kembali ke kelas. Aku jadi geleng-geleng mendengar cerita teman aku itu, jontor deh tuh bibir nyepong 4 batang sekaligus...


Lain waktu ada lagi cerita saat aku. Rudi dan Susi tergabung dalam satu tugas kelompok yang diberikan oleh guru bahasa inggris kami. Selain kami bertiga ada empat orang lagi, dua perempuan dua laki-laki. Jadi totalnya kami bertujuh. Kami memutuskan mengerjakan tugas kelompok tersebut pada hari minggu di rumah Susi.



Jadi begitulah pada hari minggu yang dijanjikan kami berkumpul di rumah Susi, kami mengerjakan tugas itu di ruang tamunya. Mulanya sih biasa-biasa aja, selain karena ada cewek lain juga karena orang tua Susi masih berada di rumah.



Suasana mulai berubah saat orang tua Susi keluar untuk menghadiri suatu pesta pernikahan, tangan Rudi mulai gatal meraba-raba tubuh Susi membuat Susi sibuk menepis tangan jahil Rudi. Jadinya malah gak mengerjakan tugas kelompok lagi tapi mule cerita-cerita jorok yang membangkitkan gairah.



“Sil udah pernah liat kontol gak?” tanya Rudi ma Silvia salah satu teman cewek dalam kelompok kami. Nih anak emang gak ada otaknya. Silvia yang mendengar pertanyaan Rudi jadi merah padam mukanya, mulutnya langsung melancarkan cacian sama Rudi membuat kami tertawa - tawa.

“Gitu aja marah, Sil, Susi aja tenang-tenang aja klo liat kontol, ya kan Si” Amir ikut-ikut nimbrung sambil ngelirik genit sama Susi, Susi hanya mencibir menanggapi godaan Amir.

“Ngomong-ngomong kontol kalian macam yang besar aja" Wita kali ini yang angkat bicara, nih anak mang rada berani dibandingin Silvia.

“Eh, mo liat ko kontol aq...?” Tanya Rudi semangat sambil berdiri memamerkan celananya yang menggembung di bagian selangkangan. Tingkahnya membuat para cewek -cewek itu terpekik-pekik sambil cekikikan, Susi yang tepat berada di samping Rudi tiba-tiba meninju selangkangan Rudi membuat dia terpekik kesakitan yang disambut gelak tawa kami semua.



Gak sadar udah hampir tiga jam juga kami di rumah Susi, akhirnya kami memutuskan melanjutkan lagi pengerjaan tugas kelompok itu Senin besok. Wita dan Silvia pulang dengan diantar Amir dan Joko sementara aku dan Rudi tetap tinggal. Aku sudah menebak apa yang ada dalam pikiran Rudi, begitu mereka berempat meninggalkan rumah Susi, Rudi langsung melancarkan serangan-serangannya. Entah siapa yang bernafsu duluan keduanya udah bergumul saling peluk dan cium mengabaikan aq yang terbengong-bengong melihat aktivitas mereka berdua. Dengan ganas tangan Rudi meremas-remas payudara Susi sementara tangan Susi meraba-raba selangkangan Rudi. Gak mau ketinggalan aku langsung duduk disamping kiri Susi dan ikut-ikutan meremas-remas payudara kirinya. Susi melepaskan ciumannya dari Rudi gantian menciumi bibirku yang kubalas dengan penuh nafsu. Aku menggeliat nikmat saat jari-jari Susi meremas selangkanganku sementara disamping kanan Susi Rudi memelorotkan celananya sekaligus celana dalamnya hingga kontolnya yang tegang terlihat menjulang. Rudi segera meraih tangan Susi dan mengarahkan ke kontolnya, Susi melepaskan ciumannya dariku dan melihat ke arah kontol Rudi kemudian mulai mengocok-ocok"nya membuat tubuh Rudi jadi kejang-kejang. Aku ikut-ikutan melepasi celanaku hingga kontolku dengan leluasa tegak dengan gagah.

Aku berdiri disamping Susi sambil meraih kepala Susi dan menariknya ke arah kontolku, mengerti kemauanku Susi langsung membuka mulutnya lebar-lebar membiarkan batang kontolku masuk ke dalam mulutnya, begitu kontolku masuk langsung dia menghisapnya membuat aku mendesis keenakan.

"Kontol! Kau pulak yang duluan di sepong!” maki Rudi, “salah sendiri lah” jawabku penuh kemenangan. Kugerakkan pinggulku seolah-olah sedang mengentoti mulut Susi sambil mendesah-desah keras memanas-manasi Rudi sementara Susi makin aktif menghisap-hisap kontolku.



Panas melihat aku yang disepong Susi, tangan Rudi kelayapan menaikkan rok terusan Susi ke atas hingga pahanya yang mulus terbuka sampai terlihat pangkal paha Susi yang terbalut celana dalam warna pink. Rudi menggesek-gesekan telunjuknya ke selangkangan Susi membuat Susi mengeluarkan suara-suara mengeram sambil terus menghisap-hisap kontolku. Celana dalamnya terlihat basah oleh rembesan cairan vaginanya.



“Si buka sempak kau, si Martin mau liat pepek kau” kata Rudi sambil tangannya berusaha memelorotkan celana dalam Susi, Susi agak menaikkan pantatnya agar celana dalamnya dengan mudah dapat dipeloroti Rudi ke bawah.



Mataku tak lepas memandang pepek Susi yang ditumbuhi bulu-bulu halus, begitu pepek Susi terbuka jari-jari Rudi langsung bermain di celah pepek Susi membuat Susi mendengus-dengus merasakan kenikmatan. Tubuhnya menggeliat merasakan gesekan-gesekan jari Rudi di celah pepeknya. Tanpa sadar aku makin dalam menyodokkan kontolku di dalam mulut Susi, berkali-kali Susi mengeluarkan suara tersedak dan berusaha melepaskan kontolku dari dalam mulutnya tapi karena aku telah dikuasai nafsu birahi malah makin kasar menggoyang-goyangkan pinggulku mengentoti mulut Susi sambil tanganku memegang kepala Susi menghindari dia melepaskan kontolku.



Susi lagi menghisap kontolku hanya membiarkan saja kontolku memenuhi rongga mulutnya bergerak leluasa. “ayo tin terus” ujar Rudi sambil memberi semangat sambil tangannya juga dengan cepat menggesek-gesek pepek Susi membuat Susi makin keras mengerang-erang. "Aku mau keluaaarrrr...” jeritku, dengan susah payah Susi menjauhkan kepalanya dari kontolku, tepat saat dia berhasil mengeluarkan kontolku dari dalam mulutnya, maniku muncrat keluar dengan perasaan nikmat tiada tara.



Susi memekik kecil saat maniku menyembur ke wajahnya, aku dengan sengaja mengarahkan ujung kontolku ke wajahnya hingga maniku muncrat di wajah Susi. Maniku yang kental dan berwarna putih itu menempel disekitar wajah Susi.



“Martin jahat, maninya ditembakkan ke muka Susi” rungut Susi manja, dengan perasaan lelah aku duduk disamping Susi melihat dengan takjub maniku meleleh di sekitar wajah Susi sebagian menetes ke baju kaosnya.

“Memang, gak usah kasih lagi Si” Rudi ngompor-ngomporin, pasti udah mupeng dia. “Dah buka aja Si bajunya, udah kenak mani si martin gitu” ujar Rudi, “alah pengen aja bilang” cibir Susi tapi dia mau juga membuka bajunya.

Kini udah benar-benar bugil, kontolku yang semula layu mulai bangkit kembali melihat tubuh telanjang Susi, “kalian juga la buka baju masak aku aja” ujar Susi, tanpa diminta dua kali Rudi segera menanggalkan pakaiannya diikuti oleh aku.



Kini kami bertiga udah bugi, aq dan Rudi segera mencaplok masing-masing payudara Susi yang cukup besar itu membuat Susi tertawa geli menerima rangsangan dari kami. Ini pertama kalinya aku menghisap pentil perempuan. Rudi kemudian merebahkan tubuh Susi di sofa dengan kepalanya berbantalkan pahaku hingga wajahnya tepat di depan kontolku yang mulai tegak lagi. Aku terbengong-bengong melihat Rudi mengambil posisi di tengah-tengah pangkal paha Susi, kontolnya yang tegang tepat berada di celah pepek Susi.



Kau mau entotin dia…???” Tanya’ku terheran-heran, “memang kenapa?” tanya Rudi, sementara Susi memandangku dengan ekspresi heran, “nanti dia gak perawan lagi” ujarku lugu. Mereka berdua tertawa geli mendengar ucapanku.

Martin tenang aja, nantik abis Rudi, Martin boleh ngentoti Susi” ujar Susi sambil menggesek-gesekan  pipinya di batang kontolku. Sementara Rudi kembali melanjutkan maksudnya mengentoti Susi. Terdengar pekik Susi saat batang kontol Rudi menerobos masuk kedalam pepeknya, entah karena udah dari tadi nahan nafsunya, Rudi dengan cepat menjurus kasar menyodok-nyodokan batang kontolnya di dalam pepek Susi membuat Susi makin memekik-mekik menahankan serangan-serangan Rudi.

“Enak kali pepek kauuu siii....” ceracau Rudi meningkahi pekikan Susi, sementara aq hanya bisa diam aja menonton mereka berdua ngentot dengan liarnya. Kontolku sekarang udah benar-benar ngaceng lagi. 
Tubuh Susi terguncang-guncang seiring hunjaman kontol Rudi di dalam pepeknya, teteknya yang bulat ikut bergoyang-goyang membuatku jadi gemas meremas - remasnya.

“Ahhh… uunnnngghhhh... pelaaaaaannnn... pelaaaaannnn diiiiiiiiii...” pekik Susi, tapi Rudi nggak merubah tempo genjotannya malah makin cepat menggoyang-goyangkan tubuhnya. Tubuh mereka berdua mulai dibanjiri oleh keringat.

“Ungh... ungh...” dengus Rudi, yang dibalas dengan pekikkan terputus-putus Susi. Entah berapa lama tiba-tiba Rudi mencabut kontolnya dari dalam pepek Susi dan mengocok-ngocokan batang kontolnya di depan perut Susi. Gak berapa lama kontolnya memuntahkan mani yang cukup banyak. Maninya muncrat diperut bahkan sampai ke payudara Susi.

“Aduh enak kali…” desis Rudi, sementara Susi memejamkan matanya dengan dadanya yang turun naik seolah-olah baru saja berlari jauh. Tubuhnya yang mungil terlihat mengkilat oleh keringatnya.

Begitu Rudi bangkit dari tubuh Susi, aku segera menggantikan posisinya. Dengan tidak sabar menusukkan batang kontolku ke celah pepek Susi tanpa memperdulikan mani Rudi di tubuh Susi. Tapi berkali-kali kutusukkan kok gak masuk-masuk ya…??? Ini memang pertama kalinya aku mengentot dengan perempuan. Sadar ketidak tahuanku, sambil memegang batang kontolku dia mengarahkan arah tusukanku, “dibawah sini” bisiknya masih dengan nafas yang tersengal-senggal. Lobang pepeknya mengalirkan cairan lendir yang membuat permukaan pepeknya terasa licin. Aku terpejam nikmat merasakan pertama kali kontolku masuk ke lobang pepek perempuan, aq berusaha mengocokkan batang kontolku di pepeknya tapi berkali-kali kontolku keluar lagi dari pepek Susi. Melihat itu Rudi jadi tertawa-tawa. “Jangan panjang-panjang ko nareknya bodoh” ujar Rudi.


“Baru pertama ya tin?” Susi ikut-ikutan bersuara membuat jadi panas. Setelah agak lama akhirnya terbiasa juga aku menyodok-menyodokan kontolku di dalam pepek Susi. Beda dengan Rudi dengan ku Susi hanya mengeluarkan suara mendesah-desah kecil aja.



Walau tadi baru mengeluarkan tapi karena ini sensasi pertama aku mengentoti cewek, gak lama kurasakan maniku akan muncrat. Aku makin mempercepat goyanganku, berkali-kali kontolku keluar dari pepek Susi tapi dengan cepat ku masukkan lagi dan ku kocok lagi. “Tin klo mo nembak jangan di dalam” ujar Rudi mengingatkan, tubuh Susi sendiri terlihat makin kaku. Akhirnya dengan perasaan nikmat tiada tara kontolku untuk kedua kalinya mengeluarkan spermanya. Kalo ini di dalam pepek Susi, tubuh ku mengejang - ngejang kaku mendapatkan orgasme kedua ku. Susi langsung terpekik kaget menyadari aq menembak di dalam vaginanya. “Wei… kontol, jangan ko tembak didalamnya!” maki Rudi, tapi aku yang lagi dilanda kenikmatan gk peduli sama sekali. Aku makin menekankn dalam-dalam batang kontolku di dalam pepek Susi sementara tubuh Susi yang terhimpit tubuhku ikut mengejang. Kepalanya menggeleng-geleng kiri dan kanan, kurasakan daging otot pepek Susi mencengkram erat batang kontolku. Aku rasa pepek Susi makin penuh dan sempit, oleh maniku, lendirnya juga karena kontraksi otot pepeknya. Lima menit kemudian kami sudah berpakaian kembali, sementara Susi ke kamar mandi. Baru kemudian kami berpamitan pulang. Selama sebulan aku cemas-cemas Susi akan hamil, apalagi tiap hari Rudi menakut-nakutiku kalo Susi hamil dan mintak pertanggung jawabanku. Tapi ternyata apa yang aku khawatirkan tidak benar-benar terjadi.

google+

linkedin